Thursday, May 5, 2011

Manusia sebagai hamba dan khalifah

Mukhadimah
Hakekat manusia menurut Ibn ‘Arabi “ tak ada makhluk Allah yang lebih bagus dari pada manusia, yang memiliki daya hidup, mengetahui, berkehendak, berbicara, melihat, mendengar, berfikir dan memutuskan. Di dalam Al-Qur’an makna manusia secara khusus memiliki penekanan yang berbeda seperti : Al Basyar, Al Isan dan Al-Nas.
Salah satu implikasi terpenting dari kekhalifahan manusia di muka bumi ini adalah pentingnya kemapuan untuk memahami alam semesta tempat ia hidup dan menjalankan tugasnya Pandangan keimanan berbeda dengan pandangan pengetahuan, pandangan pengetahuan akhir dari itu membuat agar orang tau, sedang keimanan di rumuskan dengan tauhid uluhiyah dan rububiyah.

Pandangan Rob ketika dipisahkan dengan Arrohman Arrohim (mencipta berdasarkan cinta, maka memelihara berbeda dengan cinta, mengetahui berbeda dengan cinta didalam surat al an’am Allah mencipta dengan konsep cinta, maka jikalau ada keluarga yang mawadah warhmah itu berbeda dengan khubun , ridho dan roghibah, Rohmah adalah perangai lembut yang mendorong untuk memberikan kebaikan kepada yang dikasihi jadi cinta itu memberikan kebaikan. Birahi kalau dalam bahasa cinta adalah mawadah (potensial) menginginkan kebaikan.
Manusia adalah makhluk berbudi, berkebudayaan, makhluk social, mempunyai tata aturan dan giat bekerja itu hakekat dari khalifah. Maka manusia sebagai khalifah harus mampu meraih cita cita adil. Dan cita cita makmur menjadi Baldatun Thoyibatun laksana tanpa ada klejahatan dan bahkan tanpa ada nyamuk menurut tafsir Ibnu Katsir.
Warobbun Gghofur artinya setelah menjadi khalifah diharapkan mampu mengelola Negara ini tanpa ada kejahatan dan bila mana ada kejahatan mampu mengendalikan kejahatan itu sehingga menjadi Baladan Amin : Khalifah yang mampu menjamin hak hak warganya.
Dalam makalah ini akan memaparkan secara Historis baik yang sebutkan Oleh Allah swt, dalam Alqur’an maupun pendapat para ahli tafsir tentang khalifah. dan implikasi terpenting dalam hubunganya dengan pendidikan islam.

Ayat ayat tentang khalifah
Al-Qur’an menegaskan bahwa manusia diciptakan Allah sebagai pengemban amanat sebagaimana ditulis dalam Al-Qur’an Surat Az-Zariyat 56
     
Artinya : “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.
Para ulama berbeda pendapat mengenai ayat dia atas, antara lain adalah :
pertama, maknanya adalah sesungguhnya saya (Allah) tidak menciptakan jin dan manusia kecuali hanya tunduk dan beribadah dan taat kepadaku. Hal itu karena saya telah memberi mereka akal untuk berfikir dan sebab saya telah mengutus kepada mereka beberapa rosul yang menuntun mereka kepada kebaikan. Maka sebagian mereka ada yang taat kepada Rosul dan mengikuti apa yang dibawanya. Sehingga mereka beriman kepada rosul dan mengikuti petunjuk yang hak/benar, maka akan mendapat keberuntungan Dan kebahagiaan. Dan sebagian mereka ada yang berpaling dari ajakan rosul dan bahkan menentangnya, maka dia merugi.
Kedua : maknanya adalah Saya tidak menciptakan jin dan Manusia kecuali untuk memutuskan agar beribadah kepadaku baik secara senang ataupun terpaksa. Karena seorang mukmin menjadi taat sebab usahanya dan orang kafir menjadi ingkar karena tunduk kepada kodhok-Nya. Sebagaimana firman Allah yang artinya “ Dan hanya kepada Allah makhluk yang ada di Langit dan bumi bersujud baik secara senang ataupun terpaksa kepada Allah.
Ketiga Maknanya adalah “ Saya tidak menciptakan jin dan manusia kecuali untuk mengetahui aku. Dikatakan hal ini khusus bagi orang orang yang mengetahui Allah ; “bahwasanya dia menyembah-Nya,

Asbabun Nuzul : Imam Ahmad berkata ; Telah menceritakan kepada kami Muhammad Bin Abdullah ; telah menceritakan kepada kami Imron dari ayahnya , dari Abi Khalid dari Abu Hurairoah RA berkata : Rosulullah saw bersabda, “ Wahai anak Adam luangkanlah untuk beribadah kepadaku maka aku akan memenuhi dadamu dengan kekayaan, dan aku akan menutup kebakhilanmu . Jika engkau tidak melaksanakan ,maka aku akan memenuhi dadamu dengan kesibukan dan aku tidak akan menutup kefakiranmu.
Diceritakan pula oleh imam Ahmad dari Waki’ dan Abi Muawiyah dari Al A’mas dari Salam Abi Surohbil “saya mendengar Habbah dan Sawak, dua anak Kholid berkata “ kami datang kepada Rosulullah saw bahwa beliau sedang mengajarkan sesuatu atau membangun sesuatu. Ketika beliau menyelesaikanya beliau mengundang kami dan beliau bersabda : ”Janganlah engkau berputus asa dari rizki yang menggoyangkan kepalamu/pusing, karena sesungguhnya manusia dilahirkan dari ibunya dengan warna merah, tanpa kulit. Kemudian Allah memberinya (kulit) dan memberi rizki kepadanya.

Adapun Manusia sebagai pengemban amanat Allah, maka manusia diberi kedudukan sebagai khalifah-Nya di muka bumi Allah terangkan dalam Surat Al-Baqaqah 30
                     •         
Artinya
“ Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui."

Asbabun Nuzul : disebutkan dalam shahih Muslim bahwasanya malaikat ketika menemui Allah swt dengan membawa amalan manusia, Allah bertanya kepada mereka padahal dia Allah lebih tahu : “ Mengapa kalian semua meninggalkan hambaku. Mereka (para Malaikat) menjawab kami mendatangi mereka , mereka sedang mengerjakan shalat . Dan kami meninggalkan mereka , mereka sedang mengerjakan shalat, itu disebabkan karena mereka menganti kita dan mereka berkumpul untuk melaksanakan shalat subuh dan shalat ‘Asar, maka para malaikat diam dan pergi melaporkan amal manusia kepada Allah swt. Sebagaimana Nabi saw bersabda : “ Amalan malam (manusia) diangkat kepada Allah sebelum siang . Dan amalan siang diangkat sebelum malam.
Adapun ucapan malaikat “kami mendatangi mereka , mereka sedang mengerjakan shalat . Dan kami meninggalkan mereka , mereka sedang mengerjakan shalat “. Itu adalah tafsir dari Firman Allah :
     
Dikatakan juga makna dari lafat :
    
Adalah sebagai jawaban bahwasanya saya (Allah) mempunyai hikmah dan ketentuan dalam penciptaan manusia yang kalian semua tidak mengetahuinya.
Dikatakan pula bahwa itu adalah jawaban dari ucapan Malaikat

   • 
Maka Allah menjawab :
    
Maksudnya adalah akan adanya iblis didunia. Dan bukan sebagaimana engkau katakan dalam mensifati manusia
Dikatakan pula lafat
          •        
Di dalam Ayat ini mengandung pengertian bahwa sebagai permohonan malaikat untuk tinggal dibumi sebagai ganti bani Adam,
maka kemudian Allah berfirman :”
    
Artinya
“ Saya lebih tahu dari apa yang engkau tahu “. Bahwa tetapmu dilangit itu lebih baik bagi kalian semua. Pendapat pendapat ini di sebutkan oleh Fahruddin dan ulama ulama lainya. .

Di dalam sejarah pula di terangkan bahwasanya 15 milyart tahun sebelum Adam sebagai manusia dan nabi sebenarnya sudah ada kehidupan yang namanya manusia atau binatang yang kulitnya kelihatan , maka dalam pandangan sejarah adam adalah manusia pertama namun tidak menjadi nabi pertama sebagaimana difahami bersama. Kalau manusia pertama adalah Adam betul, namun Nabi Adam bukan manusia yang pertaman.di Sangiran misalnya sudah ada kehidupan 5000 tahun sebelumnya sedangkan masih tentang penemuan fosil manusia di Sangiran baru sekitar 1800 san tahun sebelumnya.
Manusia harus mempunyai nilai unggul dan nilai unggul ini adalah jalan kemenangan sebagaimana banyak disebut di dalam Al-Qur’an. Nilai n ilai unggul itu di lihat dalam pendidikan menjadikan hayatan toyiban, di dalam Ilmu dapat meninggikan derajat, di dalam antropologi tentang manusia menjadikan hamba dan khalifah, didalam keberagamaan menjadi millah Ibrahim, di dalam Negara menjadi Baladan Aminan, umatan wasaton dan Baladan Amin.


Pendapat para ahli tentang Khalifah
Menurut Ahmad Musthafa Al Maraghi, kata khalifah dalam ayat ini memiliki dua makna. Pertama adalah pengganti, yaitu pengganti Allah swt untuk melaksanakan titah-Nya di muka bumi. Kedua, manusia adalah pemimpin yang kepadanya diserahi tugas untuk memimpin diri dan makluk lainya serta memakmurkan dan mendayagunakan alam semesta bagi kepentingan manusia secara keseluruhan
Dalam kontek ini, Muhammad Iqbal, mengemukakan bahwa sebagai khalifah Allah swt telah memberikan mandat kepada manusia menjadi penguasa untuk mengatur bumi dan segala isinya . Kesemuanya ini merupakan “kekuasaan” dan wewenang yang bersifat umum yang diberikan Allah kepada-Nya sebagai khalifah untuk memakmurkan kehidupan di bumi.
Salah satu implikasi terpenting dari kekhalifahan manusia di muka bumi ini adalah pentingnya kemapuan untuk memahami alam semesta tempat ia hidup dan menjalankan tugasnya. Manusia memiliki kemungkinan untuk hal ini dikarenakan kepadanya dianugerahkan Allah sebagai potensi. Disamping itu, alam semesta ini beserta apa apa yang ada di dalamnya adalah diciptakan Allah swt untuk kepentingan umat manusia secara keseluruhan. Karenanya merupakan tanggung jawab moral manusia untuk mengolah dan memanfaatkan seluruh sumber sumber yang tersedia di alam ini guna memenuhi keperluan hidupnya. Demikianpun perlu disadari pula bahwa kewenangan manusia untuk memanfaatkan alam semesta harus didasarkan kepada garis yang telah ditetapkan Allah swt dan tidak boleh menyalahinya.
Bersamaan dengan itu, kemungkinan manusia memahami alam semesta karena alam ini diciptakan Allah swt dengan ukuran dan ketentuan yang pasti dan tak berubah ubah (Sunnatullah), sehingga dalam batas batas tertentu ia bersifat “predictable” . Berdasarkan inilah manusia dapat mengolah dan memanfaatkan alam ini untuk keperluan hidupnya. Karenanya, manusia diharapkan mampu mempertahankan martabatnya sebagai khalifah Allah yang hanya tunduk kepada-Nya dan tidak akan tunduk kepada alam semesta. Konsep ini bermakna bahwa orientasi hidup seorang muslim hanyalah semata mata ditujukan kepada Allah swt, Tuhan seru sekalian alam.
Abdur Razaq, dari Mu’amar, dan dari Qatadah berkata berkaitan dengan Firman Allah yang artinya “ Mengapa engkau hendak menjadikan di bumi orang yang akan membuat kerusakan padanya “ seolah olah malaikat memberi tahu kepada Allah bahwa apabila di bumi ada makhluk, maka mereka akan membuat kerusakan dan menumpahkan darah disana. Perkataan malaikat ini bukanlah sebagai bantahan kepada Allah sebagaimana diduga orang , karena malaikat disifati Allah sebagai makhluk yang tidak dapat menanyaklan apapun yang tidak dizinkan-Nya.
Ibnu Jarir berkata bahwa sesungguhnya para malaikat itu berkata menurut apa yang telah diberitahukan Allah kepadanya ihwal keadaan penciptaan Adam. Mereka berkata, ''Mengapa Engkau hendak menjadikan orang yang akan membuat kerusakan padanya?'' Sesungguhnya mereka bermaksud mengatakan bahwa di antara keturunan Adam itu ada yang melakukan kerusakan. Pertanyaan itu bersifat meminta informasi dan mencari tahu ihwal hikmah. Maka Allah berfirman sebagai jawaban atas mereka, Allah berkata, ''Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui,'' yakni Aku mengetahui kemaslahatan yang baik dalam penciptaan spesies yang suka melakukan kerusakan seperti yang kamu sebutkan, dan kemaslahatan itu tidak kamu ketahui, karena Aku akan menjadikan di antara mereka para nabi, rasul, orang-orang shaleh, dan para wali.

Urgensinya dengan inflikasi pendidikan
Khalifah tentu harus mempunyaiu Frofession , karena kalau hanya mengandalkan kodran hanya akan melahirkan keagamaan, tetapi jikalau bisa mengandalkan kodfrad budaya maka seorang khalifah akan melahirkan kemajuan yang lebih baik. Seperti misalnya Ketika Negara Jepang di Bom oleh sekutu , maka Hanya ada satu pertanyaan dari sang Raja, masih ada berapa guru / orang yang ‘alim yang masih hidup, jawabnya ada 8 guru, maka dipandang cukup untuk memulai membangun ekonomi dan juga membangun peradaban baru menuju makmur dan adil.Maka manusia sebagai ”abdun dan sebagai khalifah “hendaknya mengetahui dari awal untuk memfungsikan alam ini dengan penghambaan yang tinggi kepada Tuhan lewat pendidikan, karena dengan memberdayakan alam ini, maka alam akan bertahan dengan waktu yang cukup lama karena jauh dari tangan usil manusia.
Para ahli pendidikan muslim umumnya sependapat bahwa teori dan praktek kependidikan islam harus didasarkan pada konsepsi dasar tentang manusia. Pembicaraan tentang seputar persoalan ini adalah merupakan sesuatu yang sangat vital dalam pendidikan. Tanpa kejelasan tentang konsep ini, pendidikan akan meraba raba. Bahkan menurut Ali ashraf, pendidikan Islam tidak akan dapat dipahami secara jelas tanpa terlebih dahulu memahami penafsiran Islam tentang pengembangan individu seutuhnya
Dalam penciptaan manusia dan fungsi penciptaan-Nya dalam alam semesta paling tidak ada dua implikasi terpenting dalam hubunganya dengan pendidikan islam, yaitu :

1. Karena manusia adalah makhluk yang merupakan resultan dari dua komponen ( materi dan immateri), maka konsepsi itu menghendaki proses pembinaan yang mengacu kearah realisasi dan pengembangan komponen komponen tersebut. Hal ini berarti bahwa sistem pendidikan islam harus dibangun diatas konsep kesatuan (integrasi) antara pendidikan Qalbiyah dan ‘Aqliyah sehingga mampu menghasilkan manusia muslim yang pintar secara intelektual dan terpuji secara moral. Jika kedua komponen itu terpisah atau dipisahkan dalam proses pendidikan islam, maka manusia akan kehilangan keseimbangan dan tidak akan pernah menjadi pribadi pribadi yang sempurna ( al-insan al-kamil) .
2. Al-Qur’an menjelaskan bahwa fungsi penciptaan manusia di alam ini adalah sebagai khalifah dan ‘Abd. Untuk melaksanaan fungsi ini Allah swt membekali manusia dengan seperangkat potensi. Dalam kontek ini, maka pendidikan islam harus merupakan upaya yang ditujukan kearah pengembangan potensi yang dimiliki manusia secara maksimal sehingga dapat diwujudkan dalam bentuk kongrit , dalam arti kemampuan menciptakan sesuatu yang bermanfaat bagi dirinya , masyarakat dan lingkunganya sebagai realisasi fungsi dan tujuan penciptaan-Nya baik sebagai khalifah maupun ‘Abd.
Dalam kehidupan ini ada Tri Dimensi yang pertama adalah Spiritual misalnya mengerjakan ibadah shalat ini hanya untuk mengingat Allah, kalau mencegah yang terkait dengan moral maka dalil dalam Al-Qur’an adalah tanha sedangkan mengenai situasi tidak aman atau konflik bisa di qosor.
Kehidupan spiritual adalah cara untuk Kesejahteraan, sedangkan moral adalah kejujuran dan konflik adalah di lihat dalam lembaga lembaga pembuat Undang -Undang
Kedua hal diatas harus menjadi acuan dasar dalam menciptakan dan mengembangkan sistem pendidikan Islam masa kini dan masa depan. Fungsionalisasi pendidikan islam dalam mencapai tujuanya sangat bergantung pada sejauh mana kemampuan umat islam menterjemahkan dan merealisasikan konsep filsafat penciptaan manusia dan fungsi penciptaanya dalam alam semesta ini. Untuk menjawab hal itu , maka pendidikan islam dijadikan sebagai sarana yang konsumtif bagi proses tansformasi ilmu pengetahuan dan budaya islami dari satu generasi kepada generasi berikutnya. Dalam kontek ini difahami bahwa posisi manusia sebagai khalifah dan ‘Abd menghendaki program pendidikan yang menawarkan sepenuhnya penguasaan ilmu pengetahuan secara totalitas , agar manusia tegar sebagai khalifah dan taqwa sebagai subtansi aspek ‘Abd . Sementara itu, keberadaan manusia sebagai resultan dari kedua komponen ( materi dan immateri ) menghendaki pula program pendidikan yang sepenuhnya mengacu pada konsep Equiblirium, yaitu integrasi yang utuh antara pendidikan Aqliyah dan qalbiyah.
Agar pendidikan umat berhasil dalam prosesnya, maka konsep penciptaan manusia dan fungsi penciptaanya dalam alam semesta harus sepenuhnya diakomodasikan dalam perumusan teori teori pendidikan islam melalui pendekatan kewahyuan , empirik ke ilmuan dan rasional filosofis hanya merupakan media untuk menalar pesan pesan tuhan yang absolute, baik melalui ayat ayat-Nya yang bersifat tektual (Qur’aniyah), maupun ayat ayat-Nya yang bersifat kontektual (Kauniyah) yang telah dijabarkan-Nya melalui sunnatullah. .
Roghibah orang yang mencintai merasa asing pada dirinya sendiri , koor / inti kehidupan sakinah adalah predikat, inti sifat Allah rohmah, karena Allah mencipta dengan cinta disempurnakan manusia, diberi hidup dengan potens maka manusia di bimbing (kodaro fahada) manusia diberi kudhroh, sehingga apabila manusia melanggar Allah menghukumpun dengan cinta, karena menghukum dengan cinta maka adzab berarti disegarkan kembali, contoh hidup perlu sakit, untuk menyegarkan manusia sehat agar merasa nikmatnya sakit setelah sehat dan sehat setelah sakit. Islam adalah peradaban,islam adalah seni. Maka manusia sebagai abdun dan sebagai khalifah maka tentunya mampu menjadi teladan pertama di hadapan yang lain .
Mengenai pendidikan hendaknya diarahkan kepada kependidikan yang bernuansa perubahan :
perubahan social
Sejak awal peserta didik di bangun kelak menjadi generasi yang mempunyai kepedulian terhadap kemanusiaan, tanpa melihat warna kulit Suku maupun agama, sebagaimana dakwah Nabi ketika di Negara baru Madinah.
Perubahan budaya
Budaya merupakan jalan halus yang penuh dengan seni dan tiupan cara untuk mengenalkan diri pada lingkungan masyarakat yang majemuk, karena kita menjadi warga dunia dan bukan hanya warga umat.
Perubahan teologi
Paradiqma baru yang harus di gerakan adalah mengajak orang lain untuk memahami jati dirinya sendiri, karena manusia apapun agamanya senantiasa bertuhan sejak lahir, fitrah Tuhan.
Maka Rohmah disini artinya nikmat Allah itu banyak rohmat itu koor/inti nikmat Allah. Arohim sifat musabih / sifat yang melihat tidak pernah berhenti meskipun sediki/sedikitpun.sehingga cinta Allah tanpa proses/peradaban tanpa sejarah/tanpa
mendidik orang bahwa Muhammad itu Nabi yang suka berperang, poligami sampai Sembilan itu sulit. Namun kalau seorang khalifah mampu dan bisa menjelaskan poligami Nabi karena kemulyaan, mendidik orang agar meneladani Muhammad itu Rasul yang lemah lembut,tidak kasar , menjadi pemaaf, menghargai pendapat orang lain, mohonkan ampun terhadap orang lain, membantu orang yang lemah itu yang harus disampaikan.
Sedangkan ciri orang kafir mereka yang tidak mau mendengarkan orang lain. Banyaknya kasus A ’Agim misalnya atau ,Sekh Puji dan lainya menunjukan bahwa profesi tidak menyentuh sakilah(panggilan), sehingga melahirkan rasa kecewa bagi orang-orang yang ikut di belakangnya.






Penutup

Setelah memaparkan berbagai pendapat tentang Tafsir dari dua surat dalam Al Qur’an sebagaimana di jelaskan diatas demikian juga Asbabun Nuzulnya, maka dalam makalan tentang manusia sebagai abd dan khalifah dapat di simpulkan sebagai berikut :
1. Al-Qur’an menjelaskan bahwa fungsi penciptaan manusia di dunia ini adalah sebagai khalifah dan ‘Abd. Adapaun untuk melaksanaan fungsi dan amanat ini maka Allah swt membekali manusia dengan seperangkat potensi.
2. Manusia adalah di ciptakan Allah untuk mengabdi
Mengabdi kepada Allah dengan jalan Pertama adalah pengganti, yaitu pengganti Allah swt untuk melaksanakan titah-Nya di muka bumi. Kedua, manusia adalah pemimpin yang kepadanya diserahi tugas untuk memimpin diri dan makluk lainya serta memakmurkan dan mendayagunakan alam semesta bagi kepentingan manusia secara keseluruhan
3. Manusia sebagai khalifah dan ‘Abd adalah menghendaki program pendidikan yang menawarkan sepenuhnya penguasaan ilmu pengetahuan secara totalitas , agar manusia tegar sebagai khalifah dan taqwa sebagai subtansi aspek ‘Abd .
4. Tafsir dalam historis untuk kepentingan masyarakat, siapapun tidak berhak menuding para penafsir itu menyalahi pakem atau tidak, kreatifitas lokal perlu digalakan agar pesan universal islam bisa lebih difahami umat Contoh Tafsir Fase, karya H.Teuku Hasan Thalhas,2.000 dengan menggunakan bahasa Aceh dengan aksara latin, karya Gurutta Abdul Muin Yusuf yang beraksara Bugis

Manusia adalah makhluk berbudi, berkebudayaan, makhluk sosial, mempunyai tata aturan dan giat bekerja itu hakekat dari khalifah.
Maka manusia sebagai khalifah harus mampu meraih cita cita adil, dan cita cita makmur menjadi Baldatun Thoyibatun laksana tanpa ada kejahatan dan bahkan tanpa ada nyamuk yang beterbangan dan menggigit manusia menurut tafsir Ibnu Katsir.






























Daftar Pustaka

Al Rasyidin ,.dan Nizar,Samsul Filsafat Pendidikan Islam (Jakarta :Ciputat Press,2002)


Tantowi, Sayit Tafsir Al Wasid ,. Maktabah Samilah


Referensi:Ringkasan Tafsir Ibnu Katsier, Syaikh Muhammad Nasib Ar-Rifa'i
http://www.indonesiaindonesia.com/f/9761-makna-allah-menjadikan-manusia-khalifah


Ibnu Katsir, Tafsir Al Qur’an Al Adhim ,. Maktabah Samilah


An-Nahlawi Abdurreahman, Prinsip prinsip dan metode pendidikan Islam , Al Rasyidin ,.dan Nizar,Samsul . Filsafat Pendidikan Islam (Jakarta :Ciputat Press,2002)


Wahid,Abdurrahman Ragam Ekspresi Islam Nusantara, the Wahid institute Seeding Pluraland Peaceful Islam,2008





No comments:

Post a Comment